Sabtu, 30 Juli 2011

Habis Ngopi di Cafe terus Mampir Makan Gado-Gado :D




Abis pulang dari cafe nih tadi ( cie cawah ke cafe )....gapapalah sekali-kali :D, ada tugas soalnya. Menikmati kopi klothok di siang hari sebelum ramadhan :). Besuk-besuk dah gak bisa lagi minum kopi disiang hari.

Seusai ngopi dan ngempi (dan tugas lain), pulang mampir dulu deh di masjid deket warung gado-gado menunaikan sholat dhuhur, kebetulan tadi aye ngeliat, akhwat-akwat jilbaber juga pas mau masuk masjid, masjidnya kecil sih soalnya g ada pembatas dll.

Setelah sholat mampir dulu ah laper euy, menuju warung gado-gado didepan yang super lezatnya. Dan ternyata akhwat-akhwat yang sholat bareng tadi tuh karyawannya rumah makan gado-gado ini lho. jarang-jarang neh ngeliat karyawan-karyawan rumah makan yang jilbaber kek gini hehehe. Yang jelas ane gak curi-curi pandang lah. Udah mau ramadhan kok ya......walaupun dikit sih (astagfirullah hehehe ). Selamat menunaikan ibadh di Bulan ramadhan. ya.

Senin, 25 Juli 2011

1 jam menjadi "Babysitter"




Ini anak boz. Lucu kannnnn...

Tadi pagi, anak ini minta digendong ama aye ( biasalah orang keren banyak yang pengen ikut) , ia cukup bersenang diri selama satu jam, dan akhirnya tertidur digendonganku, lalu kuserahkan pada Ibunya.

Anak ini lucu banget, kelucuannya gak beda jauh kok ama yang momong B-).
Tapi kenape tadi ada orang lewat bilang " wah, pantes ya jadi bapak". Huwaaaa.......masih ABG gini dibilang kaya bapak-bapak.

Kamis, 21 Juli 2011

Saat Kita Harus Menikmati KriTiK Seperti Nikmatnya KriPiK



Hari ini seperti biasa ku awali pagiku dengan mendengarkan Radio seusai ibadah subuh. Dan tentu saja pilihanku adalah Radio MQ FM. Suara Ustadz yang sudah tidak asing lagi namanya bagi kita kembali mengudara di Ruang dengarku. Ialah beliau Ust. Abdullah Gymnastiar (@aagym).


Pagi tadi kebetulan membahas soal Kritik mengkritik. Pelajaran dan peringatan yang sungguh bermanfaat bagiku hari ini.

KriTiK memang tak nikmat seperti KriPiK, jika kita mau jujur. Namun, jika kita mampu menyikapi dengan benar, maka KriTiK itu akan terasa semakin nikmat, se-nikmat ketika kita makan KriPiK, walaupun rasanya pedas namun tetap nikmat.

Janganlah berbangga-bangga dengan pujian, karena pujian bisa melenakan kita. Bukankah lebih baik kritikan yang membangun daripada sebuah pujian yang bisa membuat kita lalai. Bila ada orang yang memuji biasa sajalah menyikapinya, tidak usah “ke-ge-er-an”. Nah, kalau ada yang mengkritik kita, ya tidak usah mencari-cari alasan, mencari perlindungan, bahkan malah membalas dengan cacian. Terimalah dengan lapang, karena kritikan itu benar-benar akan membangun kita. Ucapkan terimakasih kepada setiap orang yang mengkritik kita jika dia mengkritik berdasarkan apa yang ada pada diri kita.

Saya sering sekali menghadapi kritikan untuk diri saya, dan tidak jarang saya mencari-cari alasan dan membela diri, atau mengalihkan pembicaraan ke hal lain. Itu sering, namun setidaknya saya memikirkan kembali apa yang ia katakan memang benar, dan saya musti menyikapi kritikan itu untuk menjadikannya lebih baik kedepannya. Harus ada respon untuk kritikan itu.

Pengalaman, saya pernah dikritik oleh atasan atas perbuatan saya, memang saat itu saya ditanyai oleh atasan soal sebuah kesalahan kerjaan yang dilakukan oleh salah satu dari kami para bawahan. Saat itu memang bukan saya yang melakukannya, jadi ketika saya ditanyai saya menjawab “bukan saya pak, mungkin mereka” jawabku. Langsung atasanku menyahut, “ kamu itu kok menyalahkan yang lain”. Kemudian saya terdiam sejenak, kemudian berucap lagi, “ Maaf pak, tapi memang bukan saya”. Kemudian atasan bilang, “ ya sudahlah”. Sayapun mulai berpikir sejenak, memikirkan kata-kata yang dilontarkan atasan. Kata-kata itu memang menyakitkan, karena saya benar-benar tidak melakukannya. Namun akhirnya saya jadikan itu sebagai bahan  introspeksi. Memang benar, saya malah menjawabnya dengan menuduh dan menyalahkan yang lain walau saya bukan pelakunya. Akupun terus berusaha memperbaiki sikap mengingat "menuduh itu lebih kejam daripada tidak menuduh" :D, semua harus dipertanggungjawabkan sama Allah nanti. Suatu saat jika terjadi hal seperti itu, saya akan menjawabnya “ maaf pak, saya tidak tahu”, begitu saja. Wal hasil, akhirnya atasan lebih mempercayai apa yang saya ucapkan sekarang, dan dia jadi menyukai kredibilitas saya sebagai bawahannya. KriTiK benar-benar akan menimbulkan sesuatu yang lebih baik.

"Nikmati KriTiK seperti menikmati KriPiK, walau pedas tetap enak. KriTiK sangat bermanfaat bagai cermin, maka nikmatilah sbg karunia Allah. Bila kita sibuk membentengi diri dengan berbgai alasan bila diberi masukan/kritik, niscaya orangpun akan enggan, berarti kita kehilangn cermin.  Cacian yang membuat hati terbuka, sadar dan memperbaiki diri, jauh lebih baik daripada pujian yg membuat buta hati dan lupa diri."

“Di-KriTiK ya postingan-nya, nanti tak kasih KriPiK deh, pesen diwarung terdekat!. 

Senin, 18 Juli 2011

Tersadar Di Sepertiga Malam Terakhir Menjelang Subuh


Aku tersadar di sepertiga malam terakhir menjelang subuh tiba
Aku tersadar oleh mereka saat aku hendak berjalan menuju masjid nantinya
Aku tersadar karena melihat beberapa orang disekelilingku dengan aktivitas mereka
Aku tersadar kemudian melihat diriku ini memang sungguh lemah tak berdaya

Aku tersadar oleh seorang  kakek tua bertopi kusut sedang menggerakkan sapu-sapunya
Ia terus saja menyapu agar sekelilingku nampak enak dipandang saat fajar tiba
Aku tersadar oleh seorang nenek tua membawa keranjang yang diletakkan dibagian belakang sepeda tuanya
Ia terus saja mengayuh sepeda tua itu, menuju tempat dimana ia akan berjualan nantinya

Akupun tersadar oleh seorang bapak dengan becaknya yang selalu menemani hari-harinya
Ia terus saja mengayuh dan menjalankan becaknya untuk menuju pusat kota
Aku tersadar oleh ibu-ibu yang membawa beberapa karung yang entah berisi apa
Ia terus saja menggendong karung-karungnya itu dan terus berjalan menuju pasar terdekat nampaknya

Aku  juga tersadar oleh suara bayi dengan tangisan khasnya
Ia terus saja menangis merasa kehausan dan ingin minum ASI ibunya kedengarannya
Tak hanya itu akupun tersadar oleh seorang anak cacat dengan kursi rodanya
Ia terus didorong oleh sang ayahnya dan ternyata anak itu juga ingin merasakan suasana malam itu setiap harinya




Aku tersadar oleh mereka semua, mereka sudah beraktivitas disepertiga malam terakhir itu rupanya

Sedangkan aku lebih sering menarik selimutku yang seakan melindungiku dari dingin pada malamnya

Aku lebih sering menyandingkan kepalaku di atas bantal-bantal yang seakan merayu-rayu dengan kelembutannya

Dan Aku lebih betah membaringkan badanku diatas kasur dengan segala kenyamanannya


*pemandangan dan suasana disepertiga malam terakhir menjelang subuh di sekelilingku, 19 Juli 2011

Ya allah, aku tersadar oleh mereka,
Semoga aku bisa memenangkan peperanganku dengan kemalasan dan segala hal yang membuatku tak mengambil indahnya suasana di sepertiga malam terakhir-Mu ya rabb. Semoga aku bisa senantiasa menikmati nikmatnya bermunajat kepada-Mu disepertiga malam terakhir itu ya rabb. Aamiin


" Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji." (QS : Al-Isro' : 79).

Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)

SURYA

Minggu, 17 Juli 2011

KESENDIRIAN

Sepi......




Biasanya hari-hari menjelang ramadhan datang...masjid-masjid sudah tampak bertambah jamaahnya dan agak ramai. Tapi masih saja saat kemarin aku masuk masjid yang begitu luasnya, hanya ada satu bapak sebagai imam, dan 3 ibu-ibu sebagai makmum....pada kemana warganya...??

Jumat, 15 Juli 2011

Ceritaku Soal Sedekah dan Lipat Ganda


Aku menulis ini lagi-lagi terinspirasi oleh Ibu ( anak mami :D ). Ibu selalu bilang kalau Aku mempunyai sesuatu entah itu apapun, alangkah baiknya jika sesuatu itu tidak hanya aku yang mempunyai dan merasakan. Ibu berpesan agar aku membaginya bersama yang lain, termasuk bersedekah. Ingat sekali ketika ibu bilang " Le, nek awakmu wedi mlarat, yo sedekahno opo sing mbok duweni"...[ nak, jika kamu takut jadi miskin, sedekahkan apa yang kamu punya ]. Ya, itu lah pesan ibuku, yang sayang sekali [ jujur ] aku belum sama sekali mampu menjalankannya dengan baik.

Benar apa kata ibu, Allah maha besar, kita tak pernah tau apakah Allah menghendaki kita Kaya atau Miskin nanti, itu terserah Allah. Yang jelas, dalam keadaan apapun kita harus membiasakan untuk bersedekah.

Satu cerita dariku ini sedikitnya menjadi bukti tentang janji Allah dalam firmannya :

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. 2:245)

Jadi, saat aku masih bersama ibuku dikampung, pernah ada seorang kakek yang belum terlalu tua berjenggot tipis yang terus berjalan hingga akhirnya sampai didepan rumahku. Kakek ini melihat aku dan ibu yang saat itu sedang bersih-bersih di halaman depan rumah. Kakek itu langsung menghampiri kami. Dengan wajahnya yang nampak lelah pucat dan lesu, ia pun terus terang ingin meminta bantuan kepada kami. Kakek ini bilang jika dirinya sudah 6bulan pergi dari tempat asalnya dan ingin pulang ke kampung halamannya di Pekalongan, sedangkan ia tak punya sama sekali uang, sehingga ia terpaksa harus mencari bantuan. Kasihan sekali kakek ini.

Ibuku yang tak tega melihat kakek ini langsung mempersilakan dulu untuk masuk kedalam rumahku, namun ia menolaknya dan cuma duduk saja di teras. Ibupun langsung masuk kedalam rumah berniat membuatkan minum untuk kakek. Akupun juga turut masuk kerumah dan bilang permisi sebentar sama kakek ini.

Sambil ibu membuatkan minum, ku tanyai Ibu, " Ibu punya uang untuk kakek itu", ibu menjawab " Itu ibu cuma punya  sedikit uang, untuk uang beli bahan-bahan makanan untuk 2 hari kedepan, sebelum bapakmu kirim ". "terus gimana bu, aku juga gak punya uang", sahutku. Ibupun menjawab, "ya udah, kasihan kakeknya, uang sedikit itu untuk kakeknya aja, nanti ibu biar nyari utangan". "tapi bu...." sahutku. "udahlah biarin aja, sedekah, ibu ikhlas, walau sebenernya ibu juga bingung buat kita sendiri yang penting kita bantu kakek itu,kasihan, untuk makan kita nanti kita manfaatkan yang masih ada saja " tambah ibu.

Dan segera, ibu menemui kakek itu memberi minum dan langsung menyerahkan sedikit uang yang dimilikinya itu pada si kakek. Si kakek bilang terimakasih banyak sembari mendoakan kepada ibu agar keluarga kami mendapatkan risqi yang melimpah, dan kemudian Si kakek pergi.

Dan keesokan harinya, Ibu mendapat rejeki yang tak pernah ia sangka sebelumnya, ia mendapatkan kiriman uang dari satu-satunya keluarga ibu yang masih hidup di Kota Palembang sana, Adiknya. Ibuku luar biasa senang, saat ia kebingungan, ternyata adik satu-satunya itu masih peduli dengan kakaknya. Ibu sangat senang dan bersyukur, akhirnya ibu tak perlu lagi mencari pinjaman hutang untuk biaya hidup kami.

Itulah cerita saya soal sedekah dan lipat ganda, Allah telah menunjukkannya kebesarannya, jika kita bersedekah maka sama sekali harta yang dititipkan kepada kita itu tidak akan berkurang, Allah akan senantiasa melipatgandakannya. Tak hanya didunia, tentu amal baik kita pasti juga akan dilipatgandakan oleh Allah di akhirat nanti. Semoga kita digolongkan menjadi orang-orang yang senantiasa bersedekah baik disaat lapang maupun sempit. Aamiin.

Senin, 11 Juli 2011

Hikmah Menolong Saudara Yang Kesusahan


Pengalaman ini terjadi sekitar dua minggu yang lalu tepatnya saat saya hendak membeli makanan di sebuah warung makan dipinggir jalan yang seperli biasa lumayan ramai. Aku memesan makanan favoritku seperti biasa "Bakmi Goreng Jawa". Warung makan sederhana ini memang terletak dipinggir jalan ramai, sudah tentu banyak penggemarnya, karena rasa masakannya bisa menggoyang lidah, benar-benar "delicious".

Bersamaan dengan aku memesan makanan, ada seorang laki-laki entah orang mana aku tak tahu, sedang menuntun sepeda motornya, ternyata ia tak sendirian dibelakangnya ada istri dan juga anaknya yang masih bayi berjalan mengikutinya. Ia terus saja menuntun motornya itu, sedangkan istrinya nampak terus mengikutinya tapi tertinggal dibelakang. Saat ku pandang dari kejauhan tampak ban motornya bocor. Dari raut wajahnya ia sangat kebingungan dan kesusahan. Aku melihat laki-laki ini diam saja saat melewati beberapa orang dipinggir jalan yang sedang asyik mengobrol. Ia tak mencoba bertanya dan terus mendorong motornya itu.

Saat aku asyik mengobrol dengan pemilik warung, mbah ijem namanya, aku melihat laki-laki ini sudah tepat sampai didepan warung. Dia berhenti sambil mengecek dan melihat-lihat motornya. Akupun langsung mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi pada motornya. "Bocor ya mas ban motornya", tanyaku. Ia hanya menggangguk. Aku liat wajahnya tampak sangat bingung. "oh, kalau tambal ban, ada disebelah selatan mas dari sini, sudah agak dekat, nanti ada dikiri jalan," lanjutku. Dia kembali mengangguk, menunjukkan tangannya ke selatan dan mengeluarkan kata-kata yang aku tidak tau. Tentu saja tidak tau karena ternyata dia "bisu", dia tak bisa bicara, akupun langsung berkata "ia benar mas, diselatan sana", dia kembali mengangguk dan menjabat tanganku, sambil berbicara lagi, nampaknya dia bilang terimakasih padaku. Istrinya yang dibelakangnya pun terus mengikutinya dan memberi senyum padaku, tanpa mengucap apapun, aku tak tahu juga apa istrinya juga "bisu", tapi sepertinya iya, karena ia tak berkata apapun.

Aku terketuk hatiku, pantas saja ia tak bertanya kepada bapak-bapak yang sedang asyik mengobrol dipinggir jalan, karena ia tak bisa bertanya dan tak berani bertanya. Hatiku sangat lega memberikan pentunjuk pada laki-laki dan istrinya yang kesusahan itu.


Dan hikmah yang bisa diambil adalah ketika hal serupa terjadi padaku. Saat aku hendak mengantar temanku ke terminal beberapa hari yang lalu, ternyata saat perjalanan pulang aku kehabisan bensin, dan sialnya aku, dompetku ketinggalan dirumah. Aku kebingungan apalagi penjual bensinnya masih jauh dari tempatku berada, dan untung saja aku membawa handphone yang rencananya akan ku serahkan kepada penjual bensin itu. Aku mulai bergerak dan mendorong motorku. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang usianya lebih tua dariku mendekatiku, sebenarnya aku telah melihatnya berjalan berlawanan arah denganku, tapi karena melihatku terus mendorong motorku tampaknya ia merasa iba.

Ia bertanya padaku, "kenapa motornya mas", aku pun menjawab, " ini mas kehabisan bensin,hehe". "oh, mari tak belikan dulu ya, masih jauh warung bensinnya", sahut dia. " enggak usah mas cuma deket situ kok," jawabku dengan berniat menolak tawarannya karena tidak ingin merepotkannya, dan karena aku tidak punya uang untuk mengganti uangnya nanti. " nggak papa, aku belikan dulu ya, kamu disini saja" tambahnya dan langsung beranjak meninggalkanku. Akupun berhenti, selang beberapa saat ia datang, "ini mas bensinnya", "oh, iya terimakasih banyak mas," balasku. Akupun langsung jujur padanya bahwa aku sedang tidak membawa uang saat itu, dia pun berkata, "owalah, untung saja, kebetulan kan mas ada aku yang nolong hehe, gapapa gak usah diganti, aku ikhlas". Akupun berucap terimakasih banyak padanya sambil tersenyum dan berkaca-kaca (cengen lagi).

motor yang sempat habis bensinnya

Begitulah hikmah yang bisa saya ambil dari menolong saudara kita yang sedang kesusahan, disaat ada saudara kita yang kesusahan, marilah kita mencoba meringankannya, tidak harus dengan harta kita. Dengan itu niscaya kita pasti suatu saat akan ditolong saudara kita juga, dengan pentunjuk Allah tentunya...

“Seorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara. Ia tidak boleh berbuat zhalim dan aniaya kepada saudaranya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa membebaskan seorang muslim dari kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat” [HR Muslim]


Minggu, 10 Juli 2011

SMS IBU SEMALAM ( sekali-kali nangis di-MP boleh dong )


Semalam saat aku hendak memanjakan raga diatas matras setelah seharian beraktivitas tiba-tiba HPku berdering. Ku liat kotak masuk ternyata ada nama ibu disana. Dengan bahasa halusnya(bahasa jawa), begini isinya :

" Nak, sedang apa? Sudah makan bukan? Ibu dan adik sedang istirahat sambil liat TV diruang tamu, oya do'akan adikmu biar besuk masuk sekolah pertamanya diSMP lancar. Kalau kamu capek, cepat istirahat dan bobo'!, sudah ya nak, Ibu lelah."

Aku pun langsung tersentak dan terharu membacanya. Betapa tidak, ibu yang paginya sudah aku telpon, mendengar suaraku, dan sudah bercanda denganku, ternyata masih saja ingin menanyakan kabar sang anak yang jaraknya jauh dari pandangannya. Ibu selalu ingin disapa oleh anak-anaknya yang jauh disana, ibu...ibu kau merindukan anak-anakmu, tapi anak-anakmu sebenarnya sangat merindukanmu.

Dari sms itu, kata-kata "lelah" diakhir pesan singkat itulah yang membuatku tak kuasa menahan air mata. Lagi-lagi betapa tidak, dulu saat sebelum aku merantau disini, ia terkadang mengeluarkan kata-kata itu "nak, ibu lelah", saat itu kusambut kelelahan ibuku dengan senyumku dan sambil kumanja-manja dan kupijit kaki-nya. Sedangkan tadi malam, aku tak bisa mengulanginya. Aku tak bisa menyambut kelelahan ibuku dengan senyumku dan juga pijitan tanganku. Aku tak bisa mengobati lelah yang didapat ibu setelah seharian mencari rizki tambahan dihari itu. Aku termenung sambil mengelap air mata banyak yang membuat daun mataku jadi susah ku gerakkan, ( Cengeng, biarlah ).

Istighfar banyak aku dimalam itu,
Ya Allah jagalah ibuku sebaik-baiknya,
Jika ia lelah kuatkan hatinya dengan sabar,
Usaplah air matanya dan tegakkan hatinya dengan sejuta harapan,
Jika ia terluka hilangkanlah luka itu dengan senyum diwajahnya,
Obatilah goresan itu dengan keikhlasan dihatinya,
Dan jadikan keteguhan dihatinya dalam menjalani hari-harinya,
Semoga Engkau menyayangi Ibuku Ya Allah.....


Kamis, 07 Juli 2011

PERISTIWA MENGGELIKAN di Shaf Dua [ zZzzzZZZzz ]



Ngantuk disaat menjalankan shalat jum'at berjamaah memang tidak dapat dipungkiri. Apalagi, kalau khatibnya kurang "srek" atau terkadang pake basa jawi krama inggil yang para pemuda sebagian besar nggak ngerti apa yang dibicarakan sang khotib. Tak jarang kita menemukan saudara-saudara kita yang mendengarkan khotbah sang khotib sambil menundukkan kepala alias bablas tidur. Banyak juga yang dengklak dengkluk ( ngangguk-nggangguk ).


Hari ini jum'at yang menggelikan, kebetulan tadi aku agak telat berangkat kemasjidnya jadi cuma kejatah shaf ketiga. Lumayanlah masih dapat kambing :).

"Jika tiba hari Jum'at, maka para Malaikat berdiri di pintu-pintu masjid, lalu mereka mencatat orang yang datang lebih awal sebagai yang awal. Perumpamaan orang yang datang paling awal untuk melaksanakan shalat Jum'at adalah seperti orang yang berkurban unta, kemudian yang berikutnya seperti orang yang berkurban sapi, dan yang berikutnya seperti orang yang berkurban kambing, yang berikutnya lagi seperti orang yang berkurban ayam, kemudian yang berikutnya seperti orang yang berkurban telur. Maka apabila imam sudah muncul dan duduk di atas mimbar, mereka menutup buku catatan mereka dan duduk mendengarkan dzikir (khutbah)." (HR. Ahmad )

Semoga lain kali bisa lebih baik dengan berada di shaf pertama...sesuai hadist

"Barangsiapa mandi pada hari Jum'at, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat lagha (sia-sia), maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail setahun." (HR. Abu Dawud no. 1077, al-Nasai no. 1364 Ahmad no. 15585)

Hari ini ada peristiwa lucu menggelikan dishaf dua yang keutamaannya lebih dari pada shaf dibelakangnya. Saya berada shaf ketiga dan melihat beberapa jamaah yang berada dishaf kedua. Seperti biasa setiap khotib memulai khotbahnya, kotak amal segera dijalankan dari jamaah satu kejamaah lain untuk diisi disetiap shafnya.

Dan lucunya dishaf dua tadi adalah ketika beberapa orang yang berada didepanku ini terkena virus ngantuk ( Trypanosoma gambiense, ilmiahnya sih gitu). Saat kotak amal berjalan kearah kanan dishaf kedua dan tetap sampai dibeberapa orang didepan saya, sedangkan saya berada dishaf ketiga. Berberapa orang ini sebut saja orang, 1,2,3,4,5,6. Kotak amal berada didepan orang 1, ia pun mengambil uang yang ada disakunya dan mulai mengisikannya. Setelah itu si 1 menggeser ke arah kanan menuju si 2, setelah menggesernya ternyata tak ada respon dari si 2, ternyata si 1 melihat si 2 sedang menundukkan kepala dan tidur rupanya, si 1 pun menggeser lagi kotak amalnya menuju si 3 tanpa mengganggu si 2 yang sedang menunduk. Namun naas, si 3 sudah pergi didunia mimpi juga, si 1 kemudia putus asa dan memutuskan untuk diam saja. Aku memperhatikan mereka tanpa mengurangi perhatianku pada sang khotib. Saat semuanya terdiam, aku melirik kearah orang-orang yang ada didepanku. Ternyata pemandangan yang luar biasa tak hanya 2 dan 3 yang tidur, tapi 4 dan 5 juga. Nah, sedangkan si 6 mulai bertanya-tanya kenapa kotak amalnya macet dijalan. Setelah ia lihat ke arah kiri ternyata 2,3,4,5 sedang tidur berjamaah.

Tak lama kemudian si 3 yang kotak amal berada didepannya pun ngelilir, agak kelabakan seraya mengambil uang yang ada disakunya dan memasukkannya ke kotak amal. Lucunya lagi si 3 ini malah mengembalikannya atau menggesernya ke arah si 2, arah yang tidak seharusnya, padahal si 3 harusnya menggeser ke kanan ke arah si 4. si 2 yang masih tertidur pun terbangun dan menggeser ke arah si 1. Si 1 agaknya jengkel sembari ingin tertawa, Diapun menunjukkan dengan bahasa tangannya, arah yang seharusnya yaitu kekanan, bukan kembali ke arah dia. SI 2 dan 3 pun nyengir.

Dan yang lebih membuat saya geli, ternyata si 1 yang notabene pemeran utama dalam sebuah drama, ia malah tertidur pulas saat muazdin sudah mengumandangkan iqamah dan imam sudah memulai takbirnya. Karena aku dibelakangnya ku pukul pelan punggungnya, ia terbangun dan kebingungan gitu deh. Menggelikan....

Karena Kau Memang Kakak Kandung-Ku

Pernah cawah menulis tentang sang Bapak, begitupun sang Ibu, dan juga pak Guru. Kini ku akan menulis lagi tentang seorang Kakak.

"Betul, Ku adalah Adik Sepupu-mu, itulah yang kau pikirkan dan orang memandangnya. Namun, kau tak tahu jika engkau ini adalah kakak kandung-ku. Ya, Kita terlahir dari ibu yang sama, kita terlahir di rumah yang sama, dan kita dikandung selama sembilan bulan dalam rahim yang sama. Kitapun satu persusuan, Karena Kau Memang Kakak Kandung-Ku. "

Dialah kakak-ku yang bernama Andi Purnomo yang karena sakit yang tak juga sembuh-sembuh waktu kecil, akhirnya diganti nama menjadi David Triyadi. Tradisi orang jawa memang saat itu demikian, penggantian nama seorang anak karena suatu hal memang masih sering dilakukan.

Kenapa dia berstatus kakak sepupu terhadapku saat ini? karena memang Pamankulah sekarang yang bertugas sebagai Bapak kakak-ku. Ya, kakak-ku sejak kecil sekitar umur 3tahun telah diminta oleh Pamanku. Karena hanya memiliki seorang anak laki-laki, dan tidak dikaruniakan lagi keturunan lain, Paman dan Bibi pun memohon kepada Bapak dan Ibu ku agar mengizinkan kakak-ku mereka rawat, mereka besarkan, dan mereka angkat menjadi anak mereka.

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Bapak dan Ibu pun memutuskan untuk memberikan seorang buah hati yang mereka sangat cintai kepada Paman dan Bibi. Bukan karena faktor tak mampu atau yang lain, tapi keputusan Bapak dan Ibu sudah bulat dan ikhlas seraya berharap anaknya nanti akan jauh lebih baik jika Paman dan Bibinya yang merawat dan membesarkannya. Perasaan ibu sangat sedih dikala itu, namun dengan benar-benar ikhlas akhirnya ibupun bersedia melepaskan kakak-ku.



Kini kami sudah dewasa, aku diberitahu oleh Ibu soal status kakak-ku ini. Aku jadi tahu jika ia adalah kakak kandungku, namun ia tak mengetahuinya. Kini kami tinggal bersama, merantau di negeri seberang untuk menjemput rizki dari-Nya. Pertanyaan orang-orang jika mereka temui kami bersama adalah pertanyaan 'kalian kakak-adik ya?", "kamu adiknya ya?". Sedangkan jawaban kami, "bukan, dia adik sepupuku","bukan, dia kakak sepupuku". Padahal dalam batinku, aku berucap, "Dia memang kakak kandung-ku"

Mirip gak sih kami ?

Satu hal yang perlu digaris bawah adalah "ternyata kakak-ku ini merasakan kedekatannya dengan keluargaku(ayah-ibu-kakak-adik) dengan nalurinya". Ya, hati tak pernah bisa membohongi, kakak-ku sangat tahu apa yang aku rasakan jika aku sedih atau bahagia, ia pun turut bersedih jika keluargaku mendapat cobaan, pun sangat bahagia jika keluarga kami juga sedang dalam kebahagiaan. Ya, kerana dia memang kakak kandung-ku.

Sekarang kami tinggal bersama, Dan apa yang terjadi, kakak-ku ini sering mengeluhkan kehidupannya bersama bapak dan ibunya sekarang, paman dan bibiku. Tak jarang ia berucap "aku ini siapa","aku ini apa". Kata-kata yang diucapkannya itu sering membuat aku menahan air mata yang sebenarnya ingin menetes. Benar, dia sering mengeluh karena memang saya melihat dengan mata kepala sendiri, ia sering dianak tirikan, pernah aku menemui kakak-ku berada dirumah sendirian, sedang paman bibi dan anak pertama mereka keluar rumah dengan alasan ada keperluan. Banyak lagi yang ia keluhkan kepada-ku, dan lagi-lagi membuat aku terkadang menahan isak tangis. Satu hal yang membuat aku miris, ialah ditolaknya permintaan kakak-ku yang memohon agar ia merestui pernikahannya setengah tahun lalu. Ya, paman menunda pernikahan kakak-ku dengan berbagai alasan, sedangkan kakak-ku sebenarnya sudah siap untuk menikah. Sungguh kasihan kakak-ku ini. Ku sangat sedih mendengar itu, karena dia memang kakak kandungku.

Kini kakak-ku masih bujang, ia bersamaku sekarang, ia sudah rajin sholat 5 waktu, yang sebelum tinggal bersamaku tak pernah melakukan sholat. Ia tak pernah diasup ajaran Islam sampai sebesar ini. Kini ia bersamaku ku pegang erat-erat tangannya, dan ku ajak ia bersama-sama menuju kebaikan. Semoga Allah meridhai dan memberkahi kami...