Selasa, 07 Juni 2011

Bercermin Pada Ketaatan Daun

(Pelajaran Aktifitas Daun menuju Kesadaran Diri)   

 


Maha Benar Allah yang telah menciptakan segala sesuatunya bermanfaat sesuai tataran. Tumbuhan (Plantae) sebagai salah satu makhluk hidup yang diciptakan Allah merupakan refleksi sebuah managemen kehidupan bermasyarakat yang patut kita ambil ibroh (pelajaran)nya. Daun merupakan organ yang sangat penting dalam proses pemasakan makanan (Fotosíntesis). Pada saat tanaman masih muda, dimana daun belum dapat melakukan tugasnya, tugas memasak makanan dilakukan oleh batang. Namun ketika daun sudah tumbuh membesar atau dewasa, maka daun akan melakukan proses fotosíntesis sendiri sekaligus akan membagikan hasil proses itu ke batang, akar dan seluruh organ tanaman tak terkecuali.

Yang perlu kita ketahui daun tidak pernah memproduksi makanan melebihi kebutuhannya. Bahkan kalau terjadi kelebihan produksinya dan tidak didistribusikan secara optimal, sel-sel pada daun tersebut akan mati, ditandai dengan daun akan berubah warna menjadi kekuningan, lalu layu dan augur dari tangkainya. Sebuah prinsip kesederhanaan, tidak berlebihan dan pemerataan. Hal ini sesuai dengan yang disabdakan Rosulullah tercinta yang lebih menyukai sesuatu yang tidak berlebih lebihan karena berlebihan itu adalah pekerjaan setan. Ketaatan daun merupakan sesuatu pelajaran yang takkan terbeli dimana daun memberikan pelajaran balas budi, ketika belum dewasa seluruh kebutuhan makanan disuplai oleh cadangan makanan yang terdapat pada biji. Namun yang harus kita ketahui biji yang telah habis cadangan makanannya akan hilang, mereduksi, dan mungkin tak akan dikenang lagi, semua itu berjalan begitu harmonis. Tak ada salah satu anggota tumbuhan yang ingin menonjol dan menginginkan untuk tampil dominan, tidak ada rasa terpinggirkan. Karena satu dengan yang lain saling mengisi, saling melengkapi, dan saling berusaha untuk memberikan hal yang terbaik yang dimilikinya. Subhanallah, Akar, batang, daun, bunga dan buah merupakan koloni (kumpulan) yang harmonis. Perasaan saling memberi dan menerima, tanpa perebutan dan perdebatan dalam pembagian jatah makanan. Andaikan kehidupan dan perasaan saling itu ada pada semua makhluk terkhusus pada manusia maka, kehidupan ini akan begitu indah, tak akan ada simiskin yang mati karena kelaparan, tak akan ada pengemis yang harus mengekspoitasi anak-anaknya yang belum cukup umur untuk menarik perhatian pengguna jalan. Begitu kerasnya perangai kita, begitu malasnya kita untuk menjadikan diri kita lebih baik, terjadi karena begitu jauh kita meninggalkan Dzat yang maha menguasai hidup dan mati kita, begitu tidak pedulinya kita akan hari akhir yang pasti datang dan tidak ada satu makhluk pun yang mampu sembunyi dari peristiwa itu.


Maka dari itu marilah kita sejenak berhenti beraktifitas, Mari kita mencoba merenungi keadaan diri kita sejauh mana kita telah jauh berjalan ingá diri kita telah kotor, dekil oleh banyak debu dosa yang melekat pada diri kita, Namur sadar kah kita kalau hari ini banyak yang melihat kita sebagai wajah yang baik mungkin itu semua karena belas kasihnya saja. Karena Allah menutupi aib-aib kita, Allah masih menyembunyikan kebusukan jira kita, Astaghfirullah,…..…… demikian rendahnya kita sehingga kita sering bangga dengan diri kita padahal semua itu terjadi karena rasa kasihan tuhan kita, buka karena keadaan kita yang memang mulia. Marilah mulai hari ini kita luruskan niat hidup kita, sekedar menggingatkan bahwa telah banyak yang kita dapatkan dari Allah, mengana kita sering mengingkarinya, …….

Marilah SADARkan diri kita sebelum nikmat yang kita nikmati tercabut dari diri kita.


Wallahu a’lam bishawab.



( dari seorang guru dan kata-katanya ku rangkum dalam buku harian waktu SMA  ) :)

27 komentar:

  1. pelajaran berharga dari daun.terima kasih, mas

    BalasHapus
  2. menyimak pelajaran dan nasihat yang baik ...

    BalasHapus
  3. ikut menyimak hikmah hari ini dari daun..

    BalasHapus
  4. sama2 mas......guru ane adl inspirasi dr ini

    BalasHapus
  5. besuk gantian makan buah nya ya hehhe..mb ayu yg ngasih :)

    BalasHapus
  6. lhoo aku kan daunnya hehhehehe....

    BalasHapus
  7. kl gt aku jd akar saja yg bersembunyi tp memberi arti bagi pohon dan daun
    *alagh..

    BalasHapus
  8. wah pelajaran yg baik dari akar ^_^

    BalasHapus
  9. biologi banget ya akh...hehehhe....

    BalasHapus
  10. benar, hanya Dia-lah penjaga rahasia kita.
    Allah pasti menjaga aib kita jika kita berusaha tidak membuka air orang.

    BalasHapus
  11. benar bu....mari berusaha untuk tidak membicarakan aib orang lain...karena aib diri sendiri sungguh lebih hina...

    BalasHapus
  12. Pelajaran yang bisa diambil salah satunya "Innal mubadziriina ikhwana syaithan"

    Tapi saya salut sama orang-orang yang dapat menganalogikan sesuatu hal. Mereka bisa menampilkan sesuatu yang rumit dengan cara yang lebih sederhana.

    Good job bro

    BalasHapus
  13. berlebih-lebihan memang tdk baik...

    yupz...lain kali bolehlah kita belajar ilmu filosofi juga

    BalasHapus
  14. belajar dari sun zhu ya masbro? XD

    BalasHapus
  15. Tentu... dalam setiap bab di buku seni perangnya selalu menggunakan analogi yang cerdas. Sangat filosofis.udah baca khan?

    BalasHapus
  16. barusan googled baru tau tuh siapa sun zhu :D

    BalasHapus
  17. wekekekek.....maklumlah ilmu cethek......secethek dengkulnya :D

    BalasHapus